Makalah Pengukuran, Perekaman Tingkah Laris Dan Menciptakan Grafik Data
⇉ Download Makalah Pengukuran, Perekaman Tingkah Laris Dan Menciptakan Grafik Data Now! ⇇
PENGUKURAN, PEREKAMAN TINGKAH LAKU DAN
MEMBUAT GRAFIK DATA
Disusun sebagai salah satu syarat
Untuk memenuhi kiprah mata kuliah Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Dosen Pengampu : Imam Tadjri,DR, M.Pd
Oleh Kelompok 7 :
Noor Halida F G 1301411033
Nusriana Erdos Pinilih 1301411052
Bobby Ardian Nusantara 1301411081
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perilaku insan berasal dari faktor bawaan dan lingkungan (ajar atau dari proses belajar). Perilaku insan sebagai hasil dari proses mencar ilmu mengandung pengertian juga bahwa sikap tersebut sanggup diubah atau dimodifikasi. Analisis tingkah laris yaitu suatu mekanisme yang diaksanakan secara sedikit demi sedikit yang sanggup dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki prestasi mencar ilmu dan tingkah laris siswa. Sedangkan tingkah laris itu sendiri yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu.proses perubahan sikap pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan sikap tersebut menggambarkan proses mencar ilmu pada individu yang terdiri dari :Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme sanggup diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mensugesti perhatian individu dan berhenti disini.Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.Apabila stimulus telah menerima perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).Akhirnya dengan dukungan akomodasi serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai imbas tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).perilaku sanggup berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang sanggup melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus sanggup meyakinkan organisme.Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Oleh lantaran itu, sebagai mahasiswa bimbingan dan konseling , kita diharuskan mengetahui dan sanggup memahami pendekatan –pendekatan untuk mengubah tingkah laku. Kita juga dituntut untuk memahami cara mengukur, merekam (proses pengubahan tingkah laku) serta menciptakan grafik data dari hasil perubahan tingkah laku.
2. Rumusan Masalah
Rumusan duduk kasus yang diambil oleh penulis yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana cara pengukuran hasil pengubahan tingkah laku.
b. Bagaimana cara merekan proses ketika pengubahan tingkah laku.
c. Bagaimana cara menciptakan grafik data dari hasil pengubahan tingkah laku.
3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
a. Menegtahui aneka macam cara mengukur perubahan tingkah laku.
b. Mengetahui cara dan hasil rekaman proses perubahan tingkah laku.
c. Mengetahui cara menciptakan grafik data hasil pengukuran tingkah laku
PEMBAHASAN
Pengukuran dan Perekaman Tingkah Laku dan Membuat Grafik Data
A. Pengukuran perilaku
1. Pengartian perilaku
Perilaku yaitu suatu kegiatan atau kegiatan organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Tindakan atau kegiatan dari insan itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini sanggup disimpulkan bahwa yang dimaksud sikap (manusia) yaitu semua kegiatan atau kegiatan insan baik yang sanggup diamati eksklusif maupun yang tidak sanggup diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) spesialis psikologi, merumuskan bahwa sikap merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh lantaran sikap ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007:133).
2. Pembentukan Perilaku
Perilaku setiap orang yaitu unik dan khas sifatnya. Oleh lantaran itu tidak ada individu yang mempunyai sikap yang sama persis ketika menghadapi situasi atau stimulus yang sama. Perilaku dalam hal ini ibarat sidik jari tidak ada yang sama. Namun meskipun tidak ada sikap yang sama pada setiap sikap individu, itu tidaklah berarti tidak ada batas-batas antara sikap yang masuk akal dengan sikap tidak wajar. Keunikan sikap yang sehat selalu dalam batas-batas tersebut.
Perilaku dikatakan sehat atau masuk akal bila sikap tersebut merupakan respons yang sesuai/adaptif serata menciptakan individu menjadi lebih berkembang dan matang. Sedangkan sikap dianggap bergangguan atau tidak sehat bila sikap tersebut sudah tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi bahkan menciptakan individu menjadi semakin mengkerut dan terhambat.Jadi sehat tidaknya suatu sikap atau apakah suatu sikap bermasalah atau tidak tergantung dari apakah sikap tersebut merupakan respons yang tepat terhadap situasi tertentu atau tidak dan apakah sikap tersebut membawa individu menjadi semakin dimampukan untuk mengaktualkan potensi atau tidak.
(Siswanto, 2007:170)
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka sikap sanggup dibedakan menjadi dua.
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara terperinci oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.Respon terhadap stimulus tersebut sudah terperinci dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Yang dengan gampang sanggup dilihat oleh orang lain.
Seperti telah disebutkan di atas sebagian sikap insan yaitu operant response.Oleh lantaran itu, untuk membentuk jenis respons atau sikap perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Ini berdasarkan skinner adalah:
a) Melakukan identifikasi perihal hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi sikap yang akan dibentuk.
b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk sikap yang dikehendaki.
c) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah-hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d) Melakukan pembentukan sikap dengan memakai urutan komponen yang telah tersusun. (Notoatmodjo, 2007:135)
Bentuk perubahan sikap berdasarkan WHO yang disadur oleh Notoatmodjo (2007) mencakup :
1) Perubahan Alamiah (Natural Change )
Sebagian perubahan itu disebabkan lantaran perubahan alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
2) Perubahan Rencana (Planned Change)
Perubahan sikap ini terjadi lantaran memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3) Kesediaan Untuk Berubah ( Readiness to Change )
Apabila terjadi suatu penemuan atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi yaitu sebagian orang sangat cepat untuk mendapatkan penemuan atau perubahan tersebut, namun sebagian orang lagi sangat lamban untuk mendapatkan penemuan atau perubahan tersebut. Setiap orang di dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama (Notoatmodjo, 2007:189)
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) spesialis psikolog pendidikan membagi sikap insan menjadi 3 domain/kawasan yakni:
1) Pengetahuan (Knowledge) Kognitif
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi sehabis orang melaksanakan penginderaan terhadap objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihat, pendengaran, pengecap, perasa dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan insan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior).
2) Sikap (Attitude) Afektif
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata memperlihatkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laris yang terbuka.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
3) Praktek atau tindakan (Practice) Psikomotor
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over bihavior).Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan ibarat fasilitas.Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus menerima konfirmasi dari suaminya dan ada akomodasi imunisasi yang gampang dicapai.Agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga dibutuhkan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Misalnya dari suami atau istri, orang bau tanah atau mertua. (Effendy F, 2009:102).
3. Pengertian Pengukuran secara umum
Pada tahap tamat penyelesaian pekerjaan, hasil pekerjaan seseorang harus diukur dan dinilai. Pengukuran dan penilaian itu sanggup dilakukan oleh orng yang bersangkiutan atau orang lain. Tindakan pengukuran tersebut dimaksud yaitu untuk mengetahui apakah seseorang berhasil dalam mengerjakan tugasnya apa tidak. Suatu keberhasilan sanggup dilihat dari kemampuan, kesanggupan, dan penguasaan pengetahuan orang tersebut. Masing individu mempunyai perbedaan dalam indikasi-indikasi tersebut maka hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu akan berbeda. Atas dasar itu maka hasil pengukuran akan berbeda pada setiap orang.
4. Pengukuran pada tingkah laku
Teknik skala yang sanggup dipakai untuk mengukur sikap yaitu dengan memakai teknik skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memperlihatkan tanggapan yang tegas ibarat tanggapan dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, sepakat dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat ibarat cheklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisanya sanggup dilakukan ibarat skala likert (Alimul hidayat, aziz. 2007:103).
5. Maksud Pengukuran
1. Pengukuran ialah proses memilih luas sesuatu, bersifat kuantitatif.
2. Evaluasi ialah proses memilih nilai sesuatu, bersifat kuantitatif
3. Pengukuran dan penilaian selalu berafiliasi erat.
4. Pengukuran dan penilaian memperlihatkan citra perihal aspek- aspek yang dinilai, dan membandingkan tingkat kemampuan mencar ilmu murid yang satu dengan murid yang lain.
5. Pengukuran dan penilaian sanggup dijadikan materi penilaian diri guru sendiri dalam proses mengajarkan.
6. Jenis dan tingkatan pengukuran
Dalam pengukuran tingkah laris yang dipakai yaitu jenis pengukuran psikologis yang merupakan salah satu jenis pengukuran berdasarkan sasarannya. Pengukuran psikologi yaitu pengukuran aspek-aspek tingkah laris yang menampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang lain. (T. Raka Joni, 1977). Dalam praktek, pengukuran psikologi pada umumnya banyak memakai tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyidik reaksi atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya. Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi intinya sama. Perbadaannya terletak pada proses dan alatnya yang dipakai sebagai dasar penggunaan istilah dalam praktek. Perbedaan antara pengukuran konvensional (alamiah) dengan pengukuran psikologi:
a. Pengukuran konvensional
• Dilakukan secara langsung
• Mempunyai satuan ukuran yang jelas/tegas
• Telah adanya kesepakatan perihal awal atau darimana harus mulai mengukur
b. Pengukuran psikologis
• Harus dilakukan secara tidak langsung
• Tidak mempunyai satuan ukuran
• Tidak adanya kesepakatan mengenai awal atau dari mana harus mulai mengukur
Ciri-ciri khusus daripada pengukuran psikologi yang membedakan dengan ciri-ciri pengukuran alamiah:
a. Variabel-variabel yang diukur berupa tingkah laris yang nampak sebagai cerminan dari keadaan kejiwaan itu tidak selalu secara konsisten mencerminkan suasana batin seseorang.
b. Bahwa dalam pengukuran psikologi sangat sukar atau bahkan mustahil diperoleh kesepakatan dalam kalibrasi satuan ukuran.
c. Dalam pengukuran psikologis tidak terdapat adanya nol mutlak.
d. Bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran psikologi jauh lebih besar disbanding dengan kesalahan dalam pengukuran alamiah.
Fungsi dari pengukuran psikologis dalam bimbingan sanggup dilihat dari beberapa segi, yaitu:
a. Dilihat dari segi klien(konseli)
b. Membantu mengenal dan mengerti keadaan psikisnya yang menyangkut potensi psikis dan prestasinya serta kelemahan dan kelebihan dalam aspek psikis yang dimilikinya.
b. Dilihat dari segi konselor
Membantu konselor dalam memahami diri kliennya sehingga sanggup menetapkan bentuk layanan bimbingan yang sesuai dengan keadaan dan pribadinya.
c. Dilihat dari proses layanan bimbingan
Pengukuran psikologis mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1) Prediksi
Yaitu sanggup dipakai untuk meramalkan kemungkinan tingkah laris klien di masa datang.
2) Komparasi
yaitu sebagai dasar membandingkan diri klien dengan klien yang lain atau dengan ukuran lain, sehingga sanggup diketahui status individu dalam kelompoknya atau dasar ukuran tertentu yang digunakan.
3) Diagnosa
Bahwa hasil pengukuran psikologis sebagai dasar menetapkan jenis masalah/kesulitan, letak kesulitan beserta penyebab terjadinya. Hasil diagnosa ini juga sanggup dipakai untuk menetapkan alternatif jenis dan layanan bimbingan yang sesuai.
4) Evaluasi
Berfungsi sebagai materi informasi untuk dasar pengambilan keputusan perihal perlakuan terhadap klien.
5) Penelitian
Sebagai informasi atau tata penelitian perihal suatu hal tertentu berafiliasi dengan tujuan pengukuran, untuk memilih tindak lanjut bimbingannya.
Hal-hal yang mendorong dilaksananya atau perlunya pengukuran psikologis dalam bimbingan yaitu sebagai berikut:
a. Adanya tuntutan dalam memperlihatkan layanan bimbingan harus berdasarkan atas prinsip perbedaan individual.
b. Tuntutan dalam pemberian layanan bimbingan berdasarkan atas kelengkapan informasi dan data klien.
c. Adanya kenyataan pembedaan insan absurd dengan insan normal.
d. Menetapkan aspek psikologis yang mana menjadi penyebab duduk kasus konseli.
Secara terperinci sesuai aspek-aspek yang di ukur, tujuan pengukuran psikologis yaitu sebagai berikut:
a. Yang menyangkut aspek kognitif :
1) Untuk mendapatkan informasi perihal keberhasilan mencar ilmu dalam wujud prestasi mencar ilmu konseli.
2) Untuk mendapatkan informasi perihal tingkat kecerdasan/intelegensi konseli yang merupakan salah satu factor utama keberhasilan belajar.
3) Untuk mendapatkan informasi perihal talenta atau kemampuan khusus yang bersifat potensial sebagai materi studi lanjut bimbingan karir atau jabatan.
b. Yang menyangkut aspek Non-kognitif:
1) Mendapatkan informasi perihal arah minat serta talenta terhadap bidang tertentu.
2) Mendapatkan informasi perihal pendapat atau sikap konseli terhadap dirinya maupun lingkungannya.
3) Mendapatkan informasi perihal system nilai daripada konseli. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa system nilai akan sangat kuat pada perilakunya.
4) Mendapatkan informasi perihal aspek kepribaadian yang lain, contohnya adaptasi diri, control diri, rasa kecukupan, kepastian diri, harga diri, kematangan emosi, kecenderungan neorotis, dan sebagainya.
7. Faktor-faktor yang penting untuk pengukuran
Perkembangan pengukuran lengkap harus mencakup :
(1). Adanya masalah-masalah khusus menciptakan anak dan keluarga mencari bantuan
(2). Mengetahui seluruh perihal motor, kognitif, emosi dan perkembangan sosial anak
(3). Mengerti perihal hubungan anak dengan orang tua, saudara sekandung, sobat sebaya dan orang lain yang signifikan
(4). Mengetahui citra perihal kehidupan sekolah anak, mencakup prestasi akademik, kegiatan-kegiatan, kehadiran, dan sikap terhadap sekolah
(5). Mengetahui kekuatan-kekuatan khusus anak yang mencakup kemampuan, bakat, minat, dan dukungan yang tersedia bagi anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya.
B. Perekaman Tingkah laku
Sebagian besar dari proses pengukuran dan penilaian, konselor akan mencari tanggapan terhadap beberapa pertanyaan penting perihal tingkah laris anak. Pertama, apakah tingkah laris anak tepat sesuai dengan tingkat dan perkembangan anak? Jawaban terhadap pertanyaan ini memerlukan pengetahuan umum perihal pertumbuhan, perkembangan kesehatan anak, kemampuan untuk mengatahui menurunnnya pertumbuhan, dan perkembangan tersebut secara signifikan. Pengetahuan khusus mengenai perkembangan anak ini dibutuhkan sebelum menciptakan keputusan perihal ketepatannya.Karena perkembangan anak tidak semulus kemajuan, beberapa anak mungkin berhenti atau kembali ke awal, tahap berikutnya, dan ini sering ditanyakan, berapa seringnya tingkah laris ini? Ini sama pentingnya untuk bertanya, berapa usang duduk kasus ini? Karena beberapa konflik perkembangan tampak dan tidak tampak dalam waktu yang relatif pendek, juga penting untuk diketahui berapa usang duduk kasus ini diperhatikan? Dan apakah terjadi perubahan tiba-tiba pada tingkah laris anak? Kadang-kadang perubahan tiba-tiba dalam tingkah laris mengindikasikan adanya penyiksaan atau gangguan keluarga yang disebabkan oleh perceraian, kematian, orang bau tanah alkhoholik, atau kekerasaan.Tingkah laris anak sanggup juga dipengaruhi oleh aneka macam faktor, mulai dari penyakit fisik hingga konflik dengan teman-teman sebaya.
Akhirnya apakah tingkah laris mempegaruhi fungsi anak? Sampai di mana duduk kasus ini mensugesti perkembangan kesehatan anak?Apakah tingkah laris anak tidak mensugesti prestasinya di sekolah?Apakah hal ini mengakibatkan anak ditolak oleh teman-teman sebayanya?Apakah ekspresi emosi yang sehat dihalang-halangi, atau apakah ini mengganggu kebahagiaan anak? Harapan terhadap pertanyaan ini akan dijawab dalam proses pengukuran dan penilaian secara terbuka.
GRAFIK DATA
A. Pengertian Grafik Data
Grafik yaitu lukisan dengan gambar/garis untuk mengetahui naik turunnya suatu keadaan dan grafik juga merupakan satu cara penyajian data secara ringkas biasanya menghubungkan antara variabel bebas (X) dengan variabel tidak bebas (Y). Tujuan menciptakan garafik yaitu untuk memperhatikan perbandingan, informasi kwalitatif dengan cepat serta sederhana.
B. Manfaat Grafik Data
Grafik data mempunyai manfaat diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Meringkas/rekapitulasi data, baik data kualitatif maupun kuantitatif
2. Grafik sanggup membantu untuk mengambil kesimpulan yang cepat
3. Dapat dipakai untuk melaksanakan eksplorasi data
4. Membuat tabulasi silang dan diagram sebaran data
C. Jenis Grafik Data
Berikut terdapat beberapa jenis grafik data, yaitu:
1.Grafik garis
Grafik garis yaitu yang paling tepat dari semua jenis grafik, terutama dalam melukiskan kecendrungan-kecendrungan atau menghubungkan dua rangkaian kata.
2. Grafik batang
Grafik batang mungkin yang paling sederhana daripada semua grafik, grafik batang paling bermanfaat bilamana sejumlah nilai yang akan di bandingkan relative sedikit, pada lazimnya grafik ini dibuat dengan memakai batang sebagai citra kelompok data secara vertical dan horizontal.tinggi atau panjang batang melukiskan ukuran besarnya presentase data yang diwakilinya.
3.Grafik bulat atau piring
Bilamana guru sanggup menjelaskan dan memperkenalkan perihal pecahan, maka garafik bulat lebih tepat di gunakan, grafik bulat atau grafik piring yaitu bulat sektor-sektor yang di gunakan untuk memakai pecahan suatu keseluruhan,sebagai teladan berikut ini yaitu grafik yang memvisualisasikan pecahan dalam bentuk tengahan, pertigaan dan perempatan..
Ada dua ciri grafik bulat yaitu:
1. Grafik itu selalu menunjukkkan jumlah atau keseluruhan jumlah
2. Bagian-bagiannya atau segmennya di hitung dalam presentase atau bagian-bagian pecahan keseluruhan.
D. Pengaplikasian Grafik Data dalam Analisis Perubahan Tingkah Laku
Analisis tingkah laris yaitu suatu mekanisme yang diaksanakan secara sedikit demi sedikit yang sanggup dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki prestasi mencar ilmu dan tingkah laris siswa, maka dari itu dibutuhkan pengukuran, lantaran pengukuran merupakan hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laris tersebut.
E. Contoh Grafik Data dari Pengukuran Tingkah Laku
Pengukuran tingkah laris memakai teknik interview.
Instrument pertanyaan
Keluarga
1. Bagaimana hubungan anda dengan orang bau tanah anda?
2. Apakah anda selalu bertengkar dengan saudara anda?
3. Apakah orang bau tanah anda selalu memperlihatkan teladan yang baik buat anda?
4. Apakah orang bau tanah anda selalu memperhatikan aktifitas anda dirumah?
5. Apakah anda senang kalau bersama dengan keluarga anda?
Agama
1. Apakah ibadah anda sudah tepat (sholat lima waktu) ?
2. Apakah anda sudah membiasakan membaca Al- Qur’an setiap harinya?
3. Seberapa jauhkah anda mengetahui perihal agama anda?
4. Apakah anda merasa senang dengan agama yang dianutnya?
5. Bagaimana sikap anda dengan orang yang berbeda agama dengan anda?
Pribadi
1. Apakah anda telah memahami betul perihal diri anda?
2. Apakah pernah tingkah laris anda di cemooh oleh sobat anda?
3. Apakah sobat anda suka mengkritik tingkah laris anda?
4. Bagaimana hubungan anda dengan sobat anda?
5. Apakah anda senang bermain dengan banyak teman?
Social
1. Bagaimana hubungan anda dengan sobat kuliah?
2. Bagaimana hubungan anda dengan sobat satu kos?
3. Bagaimana cara anda mengikuti keadaan dengan sobat anda?
4. Apakah anda merasa percaya diri dalam bergaul dengan teman?
5. Bagaimana anda menghadapi kebiasaan jelek yang dimiliki sobat anda?
Belajar
1. Bagaimana cara mencar ilmu anda?
2. Apakah setiap kiprah anda kumpulkan tepat waktu ?
3. Apakah anda mempunyai motifasi mencar ilmu yang tinggi?
4. Apakah anda berkonsentrasi dalam proses pembelajaran?
5. Bagaimana hasil tamat dari semester sebelumnya?
Hasil grafik data dari interview diatas:
Keterangan:
Skor nilai :
1 = sangat tidak baik 5 = baik
2 = tidak baik 6 = sangat baik
3 =kurang baik 4 = cukup baik
Kesimpulan data diatas :
Dari data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan responden A dan responden B,didapati bahwa intinya duduk kasus yang dimiliki oleh kedua responden sama. Mereka mempunyai duduk kasus yang berafiliasi dengan kehidupan mereka. Dapat diambil dari factor keluarga, agama, pribadi, social, dan mencar ilmu terdapat duduk kasus tetapi duduk kasus yang dihadapi oleh responden tidak belum begitu berat dalam arti sanggup terselesaikan atau diatasi.
Simpulan
Pada dasarnya sikap insan berasal dari faktor bawaan dan lingkungan (ajar atau dari proses belajar). Perilaku insan sebagai hasil dari proses mencar ilmu mengandung pengertian juga bahwa sikap tersebut sanggup diubah atau dimodifikasi. Perilaku (manusia) yaitu semua kegiatan atau kegiatan insan baik yang sanggup diamati eksklusif maupun yang tidak sanggup diamati oleh pihak luar. Yang merupakan bentuk dari suatu respon terhadap stimulus yang ada. Respon tersebut sanggup berupa sikap sehat manakala respon tersebut menciptakan individu semakin matang, sedang sikap dikatakan mengalami gangguan manakala respon tersebut menciptakan individu menjadi terhambat. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka sikap sanggup dibedakan menjadi dua, sikap tertutup (covert behavior) dan sikap terbuka (overt behavior). sebagian sikap insan yaitu operant response dan untuk membentuk jenis respons atau sikap perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Bentuk perubahan sikap tersebut yakni: Perubahan Alamiah (Natural Change ), Perubahan Rencana (Planned Change), Kesediaan Untuk Berubah ( Readiness to Change ). sikap juga mempunyai 3 domain/kawasan yakni: Pengetahuan (Knowledge) Kognitif, Sikap (Attitude) Afektif, Praktek atau tindakan (Practice) Psikomotor. Anak atau individu mempunyai pertumbuhan dan perkembangan dimana hal tersebut mensugesti pada sikap individu, dan pada setiap perkembangan individu mempunyai kiprah perkembangan yang harus diselesaikan sebelum individu masuk pada pperkembangan selanjutnya. Namun, apabila kiprah perkembangan tersebut belum bisa untuk diselesaikan anak, maka individu tersebut akan mengalami sikap yang kurang efektif atau gangguan. Dan untuk mengukur apakah sikap individu tersebut sehat dan sesuai kiprah perkembangan maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran tersebut diawali dengan mengetahui latar belakang individu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berafiliasi invidu, keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta perekaman individu yang merespon terhadap suatu stimulus. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hal yang perlu mendapatkan pemberian dalam sikap individu. Sehingga pengubahan sikap sanggup sesuai dan tepat sasaran.
Saran.
Didalam pengukuran sikap disarankan seorang konselor harus mempertimbangkan antara faktor- faktor yang mempengarui tingkah laris ibarat latarbelakang, lingkungan dll biar hasil pengukuran bisa valid.
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandoro, Sri Esti Wuryani. 2005. Konseling dan Terapi dengan Anak dan
Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia
Tanpa nama. 26 September 2011. www.bloggrafik.com. Pkl. 20.00 WIB
Soewardi Eddy Kartawidjaja. 1987. Pengukuran dan hasil penilaian belajar. Bandung: Sinar Baru.
Semiyawan Conny Stamboel. 1982. Prinsip dan teknik pengukuran dan penilaian didalam dunia pendidikan. Jakarta: Mutiara.
≫Download Makalah Pengukuran, Perekaman Tingkah Laris Dan Menciptakan Grafik Data≪